29 Nov 2012

THABIT BIN QURRAH (THEBIT)

“Si Jenius Pendiri Ilmu Keseimbangan dan pencetus bilangan bersahabat”


Ia didapuk sebagai pendiri Ilmu Keseimbangan berkat kitab penting yang ditulisnya bertajuk, Kitab fi’l-qarastun (Buku Keseimbangan Balok). Inilah karyanya yang monumental dalam bidang Ilmu Mekanik. Salah satu adikaryanya itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gherard of Cremona. Tak heran, jika karyanya itu menjadi sangat populer di dunia Barat. Melalui karyanya itu, ia mampu membuktikan asas-asas keseimbangan pengungkit.
Ilmuwan Muslim terpandang di zaman ke kuasaan Dinasti Abbasiyah ini dikenal sebagai ahli matematika. Menurut JJ O’Connor dan EF Robertson, matematikus Muslim dari abad ke-9 M itu telah berjasa dalam meletakkan dasar-dasar matematika modern. Sang matematikus Muslim yang berotak encer itu bernama Thabit Ibnu Qurra.


Siapakah Thabit ibn qurra??

Nama lengkapnya, Abu al-Hasan Thabit bin Qurrah bin Marwan al-Sabi al-Harrani.  Thabit lahir di Harran (dikenal sebagai Carrhae dalam kuno ), suatu tempat yang terletak di antara sungai Dajlah dan Furat di Mesopotamia Tinggi / Asyur( (Turki moden sekarang) pada tahun 221 H (836 M) yang berasal dari keluarga Ash-Shaibah.
Beliau adalah anggota dari sekte Sabian—kelompok penyembah bintang. Pada zamannya, sekte ini telah melahirkan sederet astronom dan matematikus berkualitas. “Sekte ini memiliki hubungan yang kuat dengan Peradaban Yunani, sehingga mengadopsi kebudayaannya,” papar O’Connor dan Robertson. Ketika Islam berkembang makin meluas, sekte Sabian yang awalnya berbahasa Yunani akhirnya berada dalam kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Perlahan namun pasti, anggota sekte Sabian pun mulai memeluk Islam. Mereka pun mulai menggunakan bahasa Arab mengganti bahasa Yunani.
Thabit telah memperlihatkan kecerdasannya sejak
kecil dan juga ketika beliau masih belajar / menimba ilmu. Ia menguasai bahasa Arab, Yunani, dan Syriac. Ada beberapa catatan sejarah yang mengatakan bahwa Tsabit ketika muda adalah seorang money changer (pedagang penukaran mata uang), tetapi beberapa sejarawan tidak setuju atas pernyataan tersebut. Yang terpenting dari catatan tersebut itu menunjukkan bahwa Thabit mewarisi kekayaan keluarga besar dan pasti berasal dari keluarga berada dan berpengaruh di komunitasnya.
Dikisahkan, pada suatu hari, beliau berbeda pendapat dengan kumpulan pelajar seperguruannya tentang beberapa hal yang membuat mereka menganggap beliau telah keluar dari kumpulan tersebut sehingga mereka melarang beliau untuk masuk ke tempat peribadatan mereka. Karena peristiwa tersebut, Thabit akhirnya berhijrah ke suatu daerah yang dikenali sebagai Kafrutuma. Di sana, beliau bertemu dengan seorang ilmuwan terkemuka dari Baghdad, yaitu Muhammad Ibnu Musa ibnu Shakir yang ketika itu sedang berkunjung ke Harran. Ibnu Musa sungguh terkagum- kagum dengan pengetahuan bahasa yang dikuasi Thabit muda. “Sungguh seorang anak muda yang sangat potensial,” cetus Ibnu Musa. Sang ilmuwan pun kemudian menyarankan agar Thabit hijrah ke Baghdad— kota metropolis intelektual. Ibnu Musa memintanya agar mau belajar matematika pada dirinya dan saudaranya. Tawaran itu tak disia-siakan Thabit. Ia pun hijrah meninggalkan tanah kelahirannya untuk menimba ilmu matematika dan belajar kedokteran Bait al-Hikmah yang berada di kota  Baghdad.
Setelah menamatkan pendidikannya, dia sempat kembali ke kota kelahirannya, Harran. Sayangnya, dia harus berhadapan dengan pengadilan lantaran pemikirannya yang dianggap berbahaya. Guna menghindari hukuman, Thabit meninggalkan Harran dan diangkat menjadi astronom pengadilan di Baghdad. Thabit pun mendapatkan perlindungan dari Khalifah Al-Mu’tadid—salah seorang khalifah Abbasiyah yang terkemuka yang memerintah pada tahun 892–902 M—karena beliau sudah mengetahui kemampuannya dalam berbagai bidang termasuk bidang astronomi.
Kemampuan Thabit dalam bahasa Arab dan Yunani dimanfaatkan khalifah. Thabit diminta untuk menerjemahkan teks-teks berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Sebagai ahli matematika, Thabit pun menerjemahkan dan merevisi karya-karya besar yang sempat ditulis Peradaban Yunani. karya-karya Yunani dan Suriah seperti Conics Apollonius atau karya Euclid dan Archimedes.
Dia banyak melakukan penerjemahan karya-karya ilmuwan Barat seperti Apollonius, Archimedes, Euclid, dan Ptolemy. Meski bertugas untuk menerjemahkan karya-karya besar, bukan berarti Thabit hanya menjiplak pengetahuan dari Yunani. Dalam hal menterjemah ia hanya ikut melestarikan pengetahuan dari Yunani. Berbekal kecerdasannya, ilmuwan Muslim yang brilian ini justru telah menemukan sederet penemuan yang sangat penting bagi perkembangan ilmu matematika. Thabit bin Qurrah memainkan peran penting dalam penemuan hitungan integral, geometri analitik, kalkulus, dalil trigonometri lingkaran, konsep angka-angka riil dan mengusulkan beberapa teori yang mengarah ke pembangunan non-Euclidean geometri,.
Thabit juga menemukan cara menghitung al-a’daad al-mutahabbah yang dikenal dengan nomor damai atau bilangan bersahabat, iaitu angka-angka yang jumlah pembahagiannya sama dengan yang lain. Bahkan beliau telah memberikan langkah penyelesaian teknik terhadap sebahagian jenis persamaan.
Matematikus Muslim yang dikenal dengan panggilan  Thebit itu juga merupakan salah seorang ilmuwan Muslim terkemuka di bidang Geometri.  Salah satu karya Thabit yang fenomenal di bidang geometri adalah bukunya yang berjudul  The composition of Ratios ( Komposisi rasio). Dalam buku tersebut, Thabit mengaplikasikan antara aritmatika dengan rasio kuantitas geometri. Pemikiran ini, jauh melampaui penemuan ilmuwan Yunani kuno dalam bidang geometri.
Thabit telah menjadikan ilmu matematika sebagai alat untuk menemukan ilmu-ilmu lain yang saling menyempurnakan di antara satu sama lain. Termasuk dalam karyanya tadi The composition of Ratios ( Komposisi rasio) yang merupakan pengaplikasian dari konsep yang pernah ia tulis yaitu dari teori bilangan.
Thabit termasuk di antara para ilmuwan yang melakukan kajian mengenai hubungan antara ilmu algebra dengan geometri. Sumbangan Thabit terhadap geometri lainnya yakni, pengembangan geometri terhadap teori Pitagoras di mana dia mengembangkannya dari segi tiga siku-siku khusus ke seluruh segi tiga siku-siku. Thabit juga mempelajari geometri untuk mendukung penemuannya terhadap kurva yang dibutuhkan untuk membentuk bayangan matahari. Selain itu, ia juga membahas parabola dan paraboliods yang menjadi dasar bagi penemuanya dalam bidang kalkulus integral. 
Dia juga menekuni persoalan permainan catur. Kalau sekarang ini ada software komputer permainan catur yang bisa mengalahkan manusia, maka itu berkat jasa Thabit bin Qurrah yang mula-mula memikirkan bagaimana memenangkan permainan catur secara matematis melalui solusi problema independensi, dominasi, dan permutasi. Lahirlah sebuah cabang baru matematika yang disebut "recreational mathematics”. 

Sang pencetus bilangan bersahabat


Salah satu penemuan penting yang diwariskan Thabit Ibnu Qurra bagi peradaban manusia modern adalah teori bilangan bersahabat (amicable number). Yakni, pasangan bilangan yang mempunyai sifat unik; dua bilangan yang masing-masingnya adalah jumlah dari pembagi sejati bilangan lainnya.


Bilangan bersahabat atau dikenal dengan Amicable number merupakan dua buah bilangan yang berbeda, yang mana bilangan kesatu merupakan penjumlahan dari bilangan-bilangan pembagi bilangan kedua, begitu juga sebaliknya. Konsep ini mirip dengan perfect number yang mana suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan dari bilangan-bilangan pembaginya. Contoh dari perfect number adalah bilangan 6 yang merupakan penjumlahan antara 1, 2, dan 3.
Contoh amicable number yang paling kecil adalah bilangan 220 dan284. Sekarang kita buktikan bahwa kedua bilangan itu adalah amicable number.
Pembagi-pembagi dari bilangan 220 adalah1,2,4,5,10,11,20,22,44,55, dan 110. Kita jumlahkan pembagi-pembagi tersebut :
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284
Pembagi-pembagi dari bilangan 284 adalah 1,2,4,71 dan 142. Kita jumlahkan pembagi-pembagi tersebut :
1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Terbukti kan!!!
Beberapa contoh amicable number yang lain adalah (220, 284), (1184, 1210), (2620, 2924), (5020, 5564), (6232, 6368), dst
Thabit dalam kitabnya, Al-A’dad Al-Mutahabbat, mengemukakan rumus/cara untuk mencari amicable number. Bunyi dari rumus tersebut atau dikenal dengan nama Teorema Thabit adalah :
Jika p,q, dan r merupakan bilangan-bilangan prima yang memenuhi persamaan :
p = 3 × 2(n-1)-1
q = 3 × 2n-1
r = 9 × 2(2n-1)-1  

dengan n bilangan bulat > 1 maka.
p, q, dan r adalah bilangan prima. Sedangkan(2^n)pq dan 2^r merupakan amicable number (sepasang bilangan bersahabat). Rumus ini menghasilkan pasangan bersahabat (220; 284), sama seperti pasangan (17296, 18416) dan pasangan (9363584; 9437056). Pasangan (6232; 6368) juga bersahabat, namun tak dihasilkan dari rumus di atas.
Teori bilangan bersahabat yang dikembangkan Thabit juga telah menarik perhatian matematikus sesudahnya. Abu Mansur Tahir Al-Baghdadi (980 M-1037 M) juga turut mengembangkan teori bilangan ini. Selain itu, matematikus Al Madshritti (wafat 1007 M) juga tertarik mengembangkannya. Ilmuwan Muslim lainnya yang mengembangkan teori itu adalah Al-Farisi (1260 M-1320 M).
Tak cuma matematikus Muslim yang tertarik dengan teori bilangan bersahabat. Ilmuwan yang diagungagungkan peradaban Barat, Rene Descartes (1596 M- 1650 M), juga mengembangkannya. Peradaban Barat kerap mengklaim teori bilangan bersahabat berasal dari Descartes. Selain itu, matematikus lain yang mengembangkan teori ini adalah C Rudolphus.
Pasangan bilangan bersahabat dikembangkan lagi oleh Euler. Jika Thabit hanya menyebut tiga pasang bilangan bersahabat, Euler menambahnya menjadi lebih dari 59 bilangan bersahabat. Akibatnya, sejarah matematika pun seakan-akan menutupi jasa Thabit Ibnu Qurra sebagai penemu pertama bilangan bersahabat.
Karya-karyanya dalam bidang matematika sungguh menakjubkan, bukan? Tidak hanya itu, Thabit bin Qurra pun menghasilkan banyak karya di berbagai bidang pengetahuan.



Kontribusi Sang Ilmuan Di Bidang Pengetahuan Lainnya

Thabit bin Qurrah telah memberikan banyak kontribusi yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Beliau tergolong sebagai tokoh yang menonjol di antara sedemikian banyak penterjemah pada zamannya. Beliau banyak menterjemahkan buku-buku matematik, perubatan, dan astronomi ke dalam bahasa Arab. Di samping menterjemah, Thabit juga banyak mengarang buku dalam bidang astronomi, matematik, falsafah dan geografi. Az-Zarkali mengatakan bahawa Thabit telah menulis sebanyak 150 buku dalam pelbagai disiplin ilmu.
Si jenius dari Harran, Mesopotamia (Turki), itu pun menguasai ilmu astronomi. Dalam bidang luar angkasa ini, sejarah mencatatnya sebagai salah seorang pembaru pertama terhadap sistem ptolemeus. Maka dari itu, Thabit juga dikenal berjasa dalam mengembangkan ilmu astronomi. Karya Thabit dalam astronomi yang terkenal berjudul Concerning the Motion of the Eighth Sphere. Selain itu, sang ilmuwan juga memublikasikan hasil pengamatannya tentang matahari. Thabit yang datang dengan teori awal tentang ekuinoks ini membuat perkiraan yang cukup baik berdasarkan pengamatan mengenai perhitungan panjang tahun sideris, yaitu perputaran bumi mengelilingi matahari tepat 365 hari, 6 jam, 9 menit dan 12 detik (hanya berbeda 2 detik dari yang kita pakai di zaman modern).
Hingga kini, tak kurang dari delapan risalah yang ditulisnya pada abad ke-9 M tentang astronomi masih eksis. Thabit pun telah memainkan peranan yang sangat penting dalam menjadikan astronomi sebagai ilmu eksak. Ia telah meneorisasi hubungan observasi dan teori, mematematisasi astronomi, serta fokus pada penentangan hubungan antara astronomi matematika dengan astronomi fisik.
Dalam fisika , Thabit menolak gagasan Peripatetik dan Aristotelian  dari sebuah "nature place" untuk setiap elemen . Ia justru mengusulkan teori gerakan di mana kedua gerakan ke atas dan ke bawah yang disebabkan oleh berat badan , dan bahwa keteraturan alam semesta adalah hasil dari dua bersaing atraksi (jadhb): salah satu yang "antara sublunar dan elemen surgawi " , dan yang lainnya "antara semua bagian dari setiap elemen secara terpisah".
Dalam bidang filsafat, Thabit pun banyak melahirkan risalah. Salah satu risalahnya yang masih eksis adalah hasil percakapannya dengan Abu Musa Isa ibnu Usayyid—muridnya yang beragam Kristen. Kepada Thabit Ibnu Usayyid, Abu Musa banyak bertanya tentang berbagai hal dan semuanya dijawab Thabit. Risalah percakapan antara Thabit dengan muridnya itu hingga kini masih ada. Risalah itu masih jadi bahan diskusi dan perdebatan.
Meski terpengaruh dengan Plato dan Aristoteles, namun Thabit pun kerap mengkritisi ide-ide ilmuwan asal Yunani itu. Thabit banyak mengoreksi pemikiran Plato dan Aristoteles, khususnya mengenai gerakan (motion). Hal itu tampak pada ide-idenya yang didasarkan pada penerimaan penggunaan pendapat mengenai gerakan dalam argumen-argumen geometrikalnya.
Demikianlah beberapa kontribusi Thabit Bin Qurra yang semasa hidupnya banyak menulis risalah tentang logika, psikologi, etika, klasifikasi ilmu, tata bahasa Syriac, politik, agama, serta kebudayaan Sabian. Dan jejaknya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dilanjutkan oleh putranya, Sinan ibnu Thabit, dan cucunya, Ibrahim ibnu Sinan ibnu Thabit. Keduanya itu pun menjelma sebagai ilmuwan besar yang juga berkontribusi dalam mengembangkan matematika.
Thabit meninggal pada 18 Februari 901 M di Baghdad. Meski begitu, jasa dan kontribusinya dalam beragam ilmu hingga kini masih dikenang. Sosok dan kiprahnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan layak dijadikan contoh oleh generasi muda Muslim di era globalisasi ini. “Hanya dengan menguasai ilmu pengetahuanlah, Islam akan bangkit dan menguasai dunia,” ungkap Dr Youssef Chebli Phd, ketua World Islamic Mission Association.


http://jalutsugra.blogspot.com/2011/10/ilmuwan-muslim-dalam-bidang-geometri.html





Judul: THABIT BIN QURRAH (THEBIT); Ditulis oleh Unknown; Rating Blog: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

isikan komentar anda di bawah ini

guys..

zwani.com myspace graphic comments
Free Daisy Dances Cursors at www.totallyfreecursors.com